(kajian dalam sudut pandang pribadi)
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, baik di bidang sain, teknologi
maupun filsafat, telah banyak memberikan dampak bagi kehidupan manusia secara
umum. Keterkaitan antara sains, ilmu dan filsafat membuahkan sebuah cara
pemikiran menyeluruh yang akan sangat berguna bagi proses pendalaman ilmu itu
sendiri. Sebagaimana kita ketahui, filsafat adalah pengetahuan tentang segala
yang ada dengan mencari keutamaan mental. Sedangkan ilmu adalah sebuah
pengetahuan yang telah di kaji dan di teliti menggunakan metode ilmiah sehingga
dapat menerangkan gejala dari suatu bidang tertentu. Dari kedua hal ini,
lahirlah filsafat ilmu yang merupakan sebuah kajian mendasar tentang
dasar-dasar ilmu dengan memperhatikan landasan-landasan ontologis,
epistemologis, dan aksiologis.Ketika kita akan membahas tentang ilmu dan filsafat, kita juga akan
secara teratur membahas tentang apa itu sains, yang merupakan bagian dari
sebuah ilmu dengan lingkup kealamiahan. Ruang lingkup sains dan ilmu yang lebih
terbatas, menyebabkan keduanya berinduk pada filsafat. Berkembangnya sebuah
ilmu juga merupakan hasil pemikiran secara mendasar tentang suatu hal. Telah
banyak kemajuan-kemajuan pesat yang ditimbulkan dari pemahaman mendasar dalam
suatu bidang tertentu. Dalam bidang fisika telah dikembangkan mengenai bom atom
yang telah dikenalkan pada perang dunia ke 2. Dalam bidang kimia juga telah
dikembangkan mengenai bom kuman pada perang dunia 1. Dan kini kita sedang
dihadapkan pada sebuah kontroversi mengenai makhluk hidup. Kontroversi tentang
pesatnya sebuah produk baru dari ilmu hayati ini, disebut dengan rekayasa
genetika.
Rekayasa genetika merupakan sebuah hasil dari pesatnya bioteknologi
yang telah dikembangkan sejak ditemukannya mikroskop oleh R. hooke. Rekayasa
genetika ini mencakup segala hal tentang manipulasi genetik yang sampai saat
ini telah berkembang ke arah revolusi genetik, yang secara langsung mengarah
pada manusia sebagai objek penelaahan.
Kloning, merupakan teknik penggandaan gen yang
menghasilkan turunan yang sama sifat baik dari segi hereditas
maupun penampakannya atau proses pembuatan (produksi) dua atau
lebih individu (makhluk hidup) yang identik secara genetik. Kloning telah
berkembang sejak ribuan tahun lalu dalam dunia hortikultura, dan kini talah
berkembang sehingga dapat dipergunakan terhadap hewan bahkan manusia. Tujuan
dari penggunaan kloning pada tumbuhan dan hewan adalah untuk memperbaiki
kualitas dan produktivitas. Lain halnya jika digunakan terhadap manusia.
Pengloningan harus memperhatikan aspek etis terhadap manusia sebagai penciptaan
Tuhan yang paling sempurna. Kloning terhadap manusia
pada dasarnya membuat salinan manusia dengan cara mengambil informasi genetik
seseorang lewat inti sel bagian tubuhnya kemudian disisipkan ke sel telur yang
telah dibuang intinya. Lalu sel telur yang yang intinya diganti itu diberi
perlakuan agar menjadi aktif, membelah, tumbuh, dan berkembang menjadi embrio.
Embrio ditanam ke rahim perempuan untuk berkembang menjadi janin. Setelah
beberapa bulan akan lahir bayi yang informasi genetiknya sama dengan pendonor
inti sel.
Jika di kaji lebih dalam, penggunaan cloning
pada manusia akan member dampak yang luar biasa merugikan. Dampak ini akan
dirasakan oleh semua orang bukan hanya pelaku kloning, manusia hasil kloning
tetapi juga akan berdampak kepada masyarakat sekitar. Ketika seseorang
melakukan pemgloningan terhadap manusia, sebenarnya ia telah merendahkan
martabat manusia itu sendiri, sebab manusia memiliki hak untuk unik dan berbeda
dari manusia yang lainnya. Dengan demikian, hal ini akan sangat bertentangan
dengan moral dan menjadi sebuah tindakan yang menyalahi kodrat. Hak untuk
tampil unik itu akan segera terampas oleh sebuah pengembangan teknologi bernama
cloning. Metode kloning yang dilakukan terhadap manusia akan melanggar etik karna
bersifat mengobjek-kan manusia dan perilaku instrumentalisasi. Manfaat kloning
akan dapat dirasakan ketika metode ini dipergunakan sebagai sarana pengembangan
ilmu pengetahuan. Seperti,
a.
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
b.
Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul
c.
Untuk tujuan diagnostik dan terapi
d.
Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai
turunan.
Sisi positif dan negatif metode
Kloning
Metode
kloning, saat akan diterapkan pada manusia, harus ditinjau secara mendasar dasi
segala aspek. Karena kloning sebagai sebuah ilmu, juga harus memenuhi
landasan-landasan ilmu untuk dapat sejalan dengan perkembangan ilmu yang lain,
terlebih filsafat. Sebuah ilmu harus mengikuti alur filsafat, sebab pendekatan
secara menyeluruh dan mendasar akan membuat ilmu tersebut dikaji secara dalam
dan tuntas, tidak mengandung unsure spekulasi serta rasional. Dengan demikian
biarlah metode kloning hanya digunakan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan
saja, dengan menghilangkan unsur penciptaan manusia oleh manusia di dalamnya. Kloning
yang dilakukan terhadap manusia, mendapat dukungan dari beberapa pihak, selama
hal itu dapat bermanfaat bagimanusia, seperti membantu pasangan yang infertile
untuk mendapat anak, namun ternyata sisi negatif untuk hal ini, lebih banyak
dibandingkan dengan sisi positifnya.
Kloning,
sekalipun menggunakan sel hidup pada tahap dasar, merupakan sebuah perilaku
yang sangat tidak menghargai kehidupan sebuah calon manusia. perilaku
pengambilan inti embrio dan digantikan dengan inti sel baru sama saja
menghilangkan hak hidup dari sel embrio yang diganti intinya. Bagaimanapun
secara mendasar, sel tersebut merupakan dasar kehidupan dari seorang manusia
yang tak bersalah, dan harus dikorbankan untuk member keuntungan bagi manusia
lainnya.
Peranan ilmu lain dalam
perkembangan biologi
Kloning,
sebagai bentuk perkembangan disiplin ilmu biologi, tidak lepas dari peranan
ilmu-ilmu sains yang lain. Sebagai
contoh, dalam proses pengloningan manusia, inti sel yang akan dimasukkan
kedalam sel induk manusia yang lain, akan berhasil di satukan dengan induk sel
dengan bantuan cairan kimiawi khusus. Jelas hal ini akan menjadi penunjuk
bahwa, dalam perkembangannya biologi juga tidak akan terlepas begitu saja dari
keterkaitan dengan ilmu kimia, dimana kita ketahui bahwa segala proses yang
terjadi di dalam tubuh kita merupakan campur tangan dari segala bahan kimia
yang ada di dalam tubuh kita sendiri. Selain dengan bantuan cairan kimiawi
khusus, penyatuan inti sel yang akan di klon dengan sel induk, harus dengan
bantuan kejutan listrik. Listrik, ketika kita berbicara tentang listrik, maka
secara dasar kita juga akan berhubungan dengan konsep-konsep listrik yang ada
pada disiplin ilmu fisika, meskipun secara harfiah dalam tubuh kita mengalir
aliran listrik tersendiri. Demikian pula dengan matematika, bahwa dalam
percobaan dan penelitian, akan menjadi lebih akurat ketika disertakan rumusan
matematis dari sebuah kasus yang diteliti.(agak melebar dan ngaco)
(* :p :D maaf yah.. )
Kloning manusia yang ditinjau
dari segi ilmu, dan landasan filsafat ilmu.
Masalah
Kloning pada manusia ini, memang masih menjadi sebuah polemik di bidang
keilmuan. Sebagian kelompok yang berpandangan puritan elitis, beranggapan bahwa
ilmu harus dikebangkan dan tidak bercampur dengan system nilai di masyarakat.
Mereka beranggapan bahwa sebuah ilmu dikembangkan untuk perkembangan ilmu itu
sendiri, dan semua tergantung pada penggunaannya. Dalam penggunaan ilmu lebih
lanjut, para peneliti tidak bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi.
Kelompok
lain yang beranggapan pragmatis, mengatakan bahwa ilmu itu dikembangkan untuk
memperoleh sebuah informasi baru yang dapat menjawab persoalan yang ada di muka
bumi ini, ini berarti ilmu akan sangat berhubungan dengan manusia-manusia yang
ada di dalam bumi it sendiri. Mereka juga berpendapat bahwa kenetralan ilmu
terhadap ilmu hanya sebatas ke metafisikannya saja, sedangkan dalam hal
kegunaan, harus berlandaskan moral dan nilai yang berlaku. Semua perbedaan
tersebut merupakan sebuah kewajaran, yang dapat dijelaskan melalui 2 konteks
ilmu, yaitu context of discovery dan context
of justification.
Context of
discovery adalah konteks ilmu
dikembangkan. Ilmu berkembang tidak secara tiba-tiba dan muncul begitu saja.
Ilmu akan berkembang dengan patokan situasi tertentu. Kebutuhan akan sesuatu
dapat menjadi ibu dari penemuan-penemuan. Sehingga ilmu tidak dapat bersifat
netral, dan tidak bebas. Ilmu berkembang atas dasar desakan nilai-nilai
tertentu dalam masyarakat.
Context of
justification adalah konteks pengujian
ilmiah terhadap hasil kegiatan ilmiah. Paradigm yang dikembangkan dalam konteks
ini adalah ilmu sebagai kesatuan dari proses, prosedur, dan produk. Dalam hal
ini ilmu merupakan sebuah kesatuan dari proses-proses sistematis tertentu yang
menghasilkan sebuah pengetahuan baru. Dengan demikian nilai kebenaran yang
dipegang adalah nilai kebenaran ilmiah, sehingga nilai kebenaran diluar konteks
keilmiahan harus dikesampingkan.
Jika
dikaji berdasar landasan filsafat ilmu, sebuah ilmu dan pengetahuan haruslah
memenuhi syarat-syarat, yaitu aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
Kembali kepada masalah cloning manusia yang menjadi polemic terbesar saat ini.
Pengloningan sebaiknya dikaji secara mendalam, dengan landasan-landasan ilmu
sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai nilai kebenaran dan kebermanfaatan
dari proses klning yang diterapkan kepada manusia. Aspek ontologis, jika dikaji
dari aspek ini, penglningan terhadap manusia memiliki objek telaah berupa
manusia, makhluk yang tinggi derajatnya, yang diperindah dengan akal dan budi.
Nampaknya sebuah proses rekayasa seperti cloning, tidaklah pantas untuk
diterapkan pada manusia. Meskipun objek telaahnya jelas, namun penggunaan
manusia sebagai kelinci percobaan dalam sebuah pengembangan ilmu sangatlah
tidak etis.
Jika
ditinjau dari aspek epistemologis, proses yang dilakukan dalam pengloningan
masih menjadi sebuah yang diperdebatkan. Meskipun dalam proses penemuannya
mengikuti kaedah metode ilmiah dan nilai kebenaran ilmiah, penemuan ini
tidaklah bisa dilepaskan dari nilai-nilai secara social moral, sebab objek yang
menjadi bahan telaah adalah manusia yang tak selayaknya mendapat perlakuan
seperti halnya hewan yang menjadi kelinci perobaan. Bagaimana sebuah
pengetahuan mengenai keunikan sebuah gen telah berubah menjadi sebuah ilmu, tak
menjadi sebuah problematika, namun bagaimana ilmu tersebut dapat menjadi ilmu
yang sebenar-benar ilmu dengan memenuhi kaedah dan syarat ilmu itu sendiri.
Hampir
tidak saya temukan sebuah kebermanfaatan dari pengloningan manusia untuk
menciptakan manusia identik dengan sang pendonor inti sel. Selain merendahkan
martabat manusia, pengloningan juga menjadi sebuah hal yang tabu untuk
dikembangkan. Bayangkan saja, ketika pengloningan dilakukan, akan ada dua orang
identik dengan generasi yang berbeda, dan ini dapat menyebabkan dominasi dari
manusia cloning tak terhindarkan. Hal ini dapat terjadi karena secara kapasitas
keduanya memiliki kapasitas yang sama, kemudian hampir tidak ditemukan
kebermanfaatan yang ada dari pengloningan manusia jika dilihat dari sisi moral.
Sebuah pengetahuan yang menjadi penemuan / ilmu, haruslah mengikuti
kaedah-kaedah dariilmu itu sendiri, termasuk berlandaskan perkembangan moral
sosial masyarakatnya.
Masalah perkembangan ilmu biologi ini juga harus dipelajari secara
cermat dengan bantun logika dan argumen ilmiah. Dimana kedua hal tersebut
memiliki peranan masing-masing dalam masalah ini.
a. Membantu setiap
orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus,
tetap, tertib, metodis dan koheren.
b. Meningkatkan
kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
c. Menambah
kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
d. Memaksa dan
mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
e. Meningkatkan cinta
akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan, serta
kesesatan.
f. Mampu melakukan
analisis terhadap suatu kejadian.
g. Terhindar dari
klenik
Pembahasan
mengenai masalah kloning yang akan diterapkan pada manusia, membuka mata kita
akan sebuah kebenaran moral yang harus dijunjung tinggi. Perlu adanya
perkembangan logika dan keberanian dalam memberikan argument sehingga kebenaran
itu dapat ditegakkan. Penggunaan logika dan argument ilmiah akan sangat memberi
kontribusi tersendiri untuk pengembangan masalah yang terkait dengan
pengloningan ini. Sebagaimana kegunaan logika yang telah dijelaskan di atas.
*zira and the rainy forest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar