Minggu, 28 April 2013

Kloning pada Manusia di Mata Filsafat Ilmu



(kajian dalam sudut pandang pribadi)

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, baik di bidang sain, teknologi maupun filsafat, telah banyak memberikan dampak bagi kehidupan manusia secara umum. Keterkaitan antara sains, ilmu dan filsafat membuahkan sebuah cara pemikiran menyeluruh yang akan sangat berguna bagi proses pendalaman ilmu itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui, filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada dengan mencari keutamaan mental. Sedangkan ilmu adalah sebuah pengetahuan yang telah di kaji dan di teliti menggunakan metode ilmiah sehingga dapat menerangkan gejala dari suatu bidang tertentu. Dari kedua hal ini, lahirlah filsafat ilmu yang merupakan sebuah kajian mendasar tentang dasar-dasar ilmu dengan memperhatikan landasan-landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis.Ketika kita akan membahas tentang ilmu dan filsafat, kita juga akan secara teratur membahas tentang apa itu sains, yang merupakan bagian dari sebuah ilmu dengan lingkup kealamiahan. Ruang lingkup sains dan ilmu yang lebih terbatas, menyebabkan keduanya berinduk pada filsafat. Berkembangnya sebuah ilmu juga merupakan hasil pemikiran secara mendasar tentang suatu hal. Telah banyak kemajuan-kemajuan pesat yang ditimbulkan dari pemahaman mendasar dalam suatu bidang tertentu. Dalam bidang fisika telah dikembangkan mengenai bom atom yang telah dikenalkan pada perang dunia ke 2. Dalam bidang kimia juga telah dikembangkan mengenai bom kuman pada perang dunia 1. Dan kini kita sedang dihadapkan pada sebuah kontroversi mengenai makhluk hidup. Kontroversi tentang pesatnya sebuah produk baru dari ilmu hayati ini, disebut dengan rekayasa genetika.
Rekayasa genetika merupakan sebuah hasil dari pesatnya bioteknologi yang telah dikembangkan sejak ditemukannya mikroskop oleh R. hooke. Rekayasa genetika ini mencakup segala hal tentang manipulasi genetik yang sampai saat ini telah berkembang ke arah revolusi genetik, yang secara langsung mengarah pada manusia sebagai objek penelaahan. 
Kloning, merupakan teknik penggandaan gen yang menghasilkan turunan yang sama sifat baik dari segi hereditas maupun penampakannya atau proses pembuatan (produksi) dua atau lebih individu (makhluk hidup) yang identik secara genetik. Kloning telah berkembang sejak ribuan tahun lalu dalam dunia hortikultura, dan kini talah berkembang sehingga dapat dipergunakan terhadap hewan bahkan manusia. Tujuan dari penggunaan kloning pada tumbuhan dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas dan produktivitas. Lain halnya jika digunakan terhadap manusia. Pengloningan harus memperhatikan aspek etis terhadap manusia sebagai penciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kloning terhadap manusia pada dasarnya membuat salinan manusia dengan cara mengambil informasi genetik seseorang lewat inti sel bagian tubuhnya kemudian disisipkan ke sel telur yang telah dibuang intinya. Lalu sel telur yang yang intinya diganti itu diberi perlakuan agar menjadi aktif, membelah, tumbuh, dan berkembang menjadi embrio. Embrio ditanam ke rahim perempuan untuk berkembang menjadi janin. Setelah beberapa bulan akan lahir bayi yang informasi genetiknya sama dengan pendonor inti sel.
Jika di kaji lebih dalam, penggunaan cloning pada manusia akan member dampak yang luar biasa merugikan. Dampak ini akan dirasakan oleh semua orang bukan hanya pelaku kloning, manusia hasil kloning tetapi juga akan berdampak kepada masyarakat sekitar. Ketika seseorang melakukan pemgloningan terhadap manusia, sebenarnya ia telah merendahkan martabat manusia itu sendiri, sebab manusia memiliki hak untuk unik dan berbeda dari manusia yang lainnya. Dengan demikian, hal ini akan sangat bertentangan dengan moral dan menjadi sebuah tindakan yang menyalahi kodrat. Hak untuk tampil unik itu akan segera terampas oleh sebuah pengembangan teknologi bernama cloning. Metode kloning yang dilakukan terhadap manusia akan melanggar etik karna bersifat mengobjek-kan manusia dan perilaku instrumentalisasi. Manfaat kloning akan dapat dirasakan ketika metode ini dipergunakan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan. Seperti,
a.    Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
b.    Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul
c.    Untuk tujuan diagnostik dan terapi
d.   Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan.
Sisi positif dan negatif metode Kloning
Metode kloning, saat akan diterapkan pada manusia, harus ditinjau secara mendasar dasi segala aspek. Karena kloning sebagai sebuah ilmu, juga harus memenuhi landasan-landasan ilmu untuk dapat sejalan dengan perkembangan ilmu yang lain, terlebih filsafat. Sebuah ilmu harus mengikuti alur filsafat, sebab pendekatan secara menyeluruh dan mendasar akan membuat ilmu tersebut dikaji secara dalam dan tuntas, tidak mengandung unsure spekulasi serta rasional. Dengan demikian biarlah metode kloning hanya digunakan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan saja, dengan menghilangkan unsur penciptaan manusia oleh manusia di dalamnya. Kloning yang dilakukan terhadap manusia, mendapat dukungan dari beberapa pihak, selama hal itu dapat bermanfaat bagimanusia, seperti membantu pasangan yang infertile untuk mendapat anak, namun ternyata sisi negatif untuk hal ini, lebih banyak dibandingkan dengan sisi positifnya.
Kloning, sekalipun menggunakan sel hidup pada tahap dasar, merupakan sebuah perilaku yang sangat tidak menghargai kehidupan sebuah calon manusia. perilaku pengambilan inti embrio dan digantikan dengan inti sel baru sama saja menghilangkan hak hidup dari sel embrio yang diganti intinya. Bagaimanapun secara mendasar, sel tersebut merupakan dasar kehidupan dari seorang manusia yang tak bersalah, dan harus dikorbankan untuk member keuntungan bagi manusia lainnya.
Peranan ilmu lain dalam perkembangan biologi
Kloning, sebagai bentuk perkembangan disiplin ilmu biologi, tidak lepas dari peranan ilmu-ilmu sains yang lain.  Sebagai contoh, dalam proses pengloningan manusia, inti sel yang akan dimasukkan kedalam sel induk manusia yang lain, akan berhasil di satukan dengan induk sel dengan bantuan cairan kimiawi khusus. Jelas hal ini akan menjadi penunjuk bahwa, dalam perkembangannya biologi juga tidak akan terlepas begitu saja dari keterkaitan dengan ilmu kimia, dimana kita ketahui bahwa segala proses yang terjadi di dalam tubuh kita merupakan campur tangan dari segala bahan kimia yang ada di dalam tubuh kita sendiri. Selain dengan bantuan cairan kimiawi khusus, penyatuan inti sel yang akan di klon dengan sel induk, harus dengan bantuan kejutan listrik. Listrik, ketika kita berbicara tentang listrik, maka secara dasar kita juga akan berhubungan dengan konsep-konsep listrik yang ada pada disiplin ilmu fisika, meskipun secara harfiah dalam tubuh kita mengalir aliran listrik tersendiri. Demikian pula dengan matematika, bahwa dalam percobaan dan penelitian, akan menjadi lebih akurat ketika disertakan rumusan matematis dari sebuah kasus yang diteliti.(agak melebar dan ngaco) 
(* :p :D maaf yah.. )
Kloning manusia yang ditinjau dari segi ilmu, dan landasan filsafat ilmu.
Masalah Kloning pada manusia ini, memang masih menjadi sebuah polemik di bidang keilmuan. Sebagian kelompok yang berpandangan puritan elitis, beranggapan bahwa ilmu harus dikebangkan dan tidak bercampur dengan system nilai di masyarakat. Mereka beranggapan bahwa sebuah ilmu dikembangkan untuk perkembangan ilmu itu sendiri, dan semua tergantung pada penggunaannya. Dalam penggunaan ilmu lebih lanjut, para peneliti tidak bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi.
Kelompok lain yang beranggapan pragmatis, mengatakan bahwa ilmu itu dikembangkan untuk memperoleh sebuah informasi baru yang dapat menjawab persoalan yang ada di muka bumi ini, ini berarti ilmu akan sangat berhubungan dengan manusia-manusia yang ada di dalam bumi it sendiri. Mereka juga berpendapat bahwa kenetralan ilmu terhadap ilmu hanya sebatas ke metafisikannya saja, sedangkan dalam hal kegunaan, harus berlandaskan moral dan nilai yang berlaku. Semua perbedaan tersebut merupakan sebuah kewajaran, yang dapat dijelaskan melalui 2 konteks ilmu, yaitu context of discovery dan context of justification.
Context of discovery adalah konteks ilmu dikembangkan. Ilmu berkembang tidak secara tiba-tiba dan muncul begitu saja. Ilmu akan berkembang dengan patokan situasi tertentu. Kebutuhan akan sesuatu dapat menjadi ibu dari penemuan-penemuan. Sehingga ilmu tidak dapat bersifat netral, dan tidak bebas. Ilmu berkembang atas dasar desakan nilai-nilai tertentu dalam masyarakat.
Context of justification adalah konteks pengujian ilmiah terhadap hasil kegiatan ilmiah. Paradigm yang dikembangkan dalam konteks ini adalah ilmu sebagai kesatuan dari proses, prosedur, dan produk. Dalam hal ini ilmu merupakan sebuah kesatuan dari proses-proses sistematis tertentu yang menghasilkan sebuah pengetahuan baru. Dengan demikian nilai kebenaran yang dipegang adalah nilai kebenaran ilmiah, sehingga nilai kebenaran diluar konteks keilmiahan harus dikesampingkan.
Jika dikaji berdasar landasan filsafat ilmu, sebuah ilmu dan pengetahuan haruslah memenuhi syarat-syarat, yaitu aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Kembali kepada masalah cloning manusia yang menjadi polemic terbesar saat ini. Pengloningan sebaiknya dikaji secara mendalam, dengan landasan-landasan ilmu sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai nilai kebenaran dan kebermanfaatan dari proses klning yang diterapkan kepada manusia. Aspek ontologis, jika dikaji dari aspek ini, penglningan terhadap manusia memiliki objek telaah berupa manusia, makhluk yang tinggi derajatnya, yang diperindah dengan akal dan budi. Nampaknya sebuah proses rekayasa seperti cloning, tidaklah pantas untuk diterapkan pada manusia. Meskipun objek telaahnya jelas, namun penggunaan manusia sebagai kelinci percobaan dalam sebuah pengembangan ilmu sangatlah tidak etis.
Jika ditinjau dari aspek epistemologis, proses yang dilakukan dalam pengloningan masih menjadi sebuah yang diperdebatkan. Meskipun dalam proses penemuannya mengikuti kaedah metode ilmiah dan nilai kebenaran ilmiah, penemuan ini tidaklah bisa dilepaskan dari nilai-nilai secara social moral, sebab objek yang menjadi bahan telaah adalah manusia yang tak selayaknya mendapat perlakuan seperti halnya hewan yang menjadi kelinci perobaan. Bagaimana sebuah pengetahuan mengenai keunikan sebuah gen telah berubah menjadi sebuah ilmu, tak menjadi sebuah problematika, namun bagaimana ilmu tersebut dapat menjadi ilmu yang sebenar-benar ilmu dengan memenuhi kaedah dan syarat ilmu itu sendiri.
Hampir tidak saya temukan sebuah kebermanfaatan dari pengloningan manusia untuk menciptakan manusia identik dengan sang pendonor inti sel. Selain merendahkan martabat manusia, pengloningan juga menjadi sebuah hal yang tabu untuk dikembangkan. Bayangkan saja, ketika pengloningan dilakukan, akan ada dua orang identik dengan generasi yang berbeda, dan ini dapat menyebabkan dominasi dari manusia cloning tak terhindarkan. Hal ini dapat terjadi karena secara kapasitas keduanya memiliki kapasitas yang sama, kemudian hampir tidak ditemukan kebermanfaatan yang ada dari pengloningan manusia jika dilihat dari sisi moral. Sebuah pengetahuan yang menjadi penemuan / ilmu, haruslah mengikuti kaedah-kaedah dariilmu itu sendiri, termasuk berlandaskan perkembangan moral sosial masyarakatnya.
Masalah perkembangan ilmu biologi ini juga harus dipelajari secara cermat dengan bantun logika dan argumen ilmiah. Dimana kedua hal tersebut memiliki peranan masing-masing dalam masalah ini.
a.    Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
b.    Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
c.    Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
d.   Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
e.    Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan, serta kesesatan.
f.     Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
g.    Terhindar dari klenik

Pembahasan mengenai masalah kloning yang akan diterapkan pada manusia, membuka mata kita akan sebuah kebenaran moral yang harus dijunjung tinggi. Perlu adanya perkembangan logika dan keberanian dalam memberikan argument sehingga kebenaran itu dapat ditegakkan. Penggunaan logika dan argument ilmiah akan sangat memberi kontribusi tersendiri untuk pengembangan masalah yang terkait dengan pengloningan ini. Sebagaimana kegunaan logika yang telah dijelaskan di atas.

*zira and the rainy forest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar