Selasa, 30 April 2013

hari itu, kemarin, hari ini, esok, dan seterusnya

malam ini akan menjadi sebuah nostalgia untuk diriku secara pribadi.
sebelum aku menceritakan semuanya, aku ingin menyapa seseorang yang sudah berjarak sangat jauh dari kehidupan ku..

hei manis..
pernahkah engkau tau, bahwa selama hampir 12tahun ini tak pernah terlewat sedetikpun kenangan tentang betapa aku mengharapkanmu?
hei manis..
pernah pula kah kau melihat, bahwa kenangan tentang betapa aku harus belajar mengikhlaskanmu siang itu tak pernah lari dari pikiranku?

dan itu masih membekas jelas di sini (dikepala ini, dihati ini..)
hingga saat ini, dan mungkin sampai kapanpun.

12 tahun yang lalu, berapa usia kita?
silahkan anda jawab masing-masing, saya bukan ingin menceritakan sebuah cerita jenaka, bukan juga cerita masa belia..
tapi ini adalah sebuah kisah tentang masa lalu, yang menjadi masa depan.
tentang sebuah doa,, dan harapan.
ia lahir, dini hari di tanggal 1 mei 2001.
ia seorang laki-laki, tampan dan luarbiasa.(bagiku)
selama hampir 8tahun aku menunggu hadirnya..
betapa senang ketika ia lahir dan bisa ku inderai keberadaannya.
begitu juga mama,papa, dan kakak-kakakku.
semua terlihat bahagia, senyum terhias dalam bibir-bibir yang indah.
meskipun hanya bisa melihat dari box kaca. tapi itu adalah kenangan terkuat tentangnya.
dia begitu kecil, kepalanya bundar, rambutnya tidak begitu lebat. hidungnya tidak begitu mancung, bibirnya indah, kata orang-orang dia sangat mirip denganku.
taukah? 
jika aku bisa meminta, aku ingin menghabiskan banyak waktu dengannya.

pagi hari setelah ia dilahirkan, ia dipindahkan ke rumah sakit umum daerah. aku masih belum mengerti kenapa ia harus dipindahrawatkan. kenapa ia tak dibawa pulang???
aku merelakan sekolah ku tak ku beri konsentrasi sedikitpun. semua pikiranku berada pada satu tempat yang kita semua tau pasti itu dimana. ya..
di tempat dimana ia dirawat.
hari kedua, aku menghabiskan banyak waktu di rumah sakit dengan mengintip-intip dari balik jendela, tersenyum saat ia menggeliat, bergerak, dan menangis.
senang rasanya melihat ia begitu aktif, tapi mungkin saat itu aku tak tau apa yang ia rasakan, sampai saat inipun aku tak tau.
karena mungkin sampai kapanpun tetap ia dan Allah yang tau.
mungkin ia sedang berdialog dengan malaikat maut saat itu.
menanyakan kapan waktu ia akan dijemput.
kapan terakhir kali ia akan berada di dunia, menghirup udara yang Allah memberinya dengan cuma-cuma.
mungkin juga ia menanyakan kapan terakhir kali ia akan mendengar suara papa dan mamanya.

saat itu, yang terlihat oleh kami hanya gerakan-gerakan kecil yang menggemaskan.berkali-kali aku selalu mempromosikan kepada keluargaku yang lain, tetangga, dan teman-teman, bahwa adikku..
akan segera dibawa pulang.
dan setelah itu aku akan bisa bermain dengannya dirumah.
aku juga selalu mengajak untuk melihatnya, tak ada seorangpun yang aku lewatkan, kecuali aku mengajak untuk melihat adik kecilku itu.
mungkin sebenarnya itulah firasat, bahwa ia akan tiada.
bahwa sebelum ia dipaggil, semua orang harus melihatnya.

esok harinya, 2 mei 2001
aku kembali ke sekolah dengan rasa malas dipundakku.
ingin rasanya waktu dipercepat hingga saat yang bisa membawaku ke rumah sakit lagi. tempat yang sangat ingin aku kunjungi dalam waktu-waktu terakhir.
hari itu, kembali aku mengintip dibalik pintu, dan jendela. sesekali aku diperbolehkan untuk melihat secara langsung dibalik box kacanya. saat itu aku baru sadar, banyak alat yang menempel ditubuhnya.
selang-selang menjuntai terhubung dengan alat lain diluar box kacanya.
aku baru sadar, sepertinya ada yang tidak baik dari kondisi adikku.
tapi pikiran buruk itu langsung aku singkirkan. kembali berhusnudzan pada keadaan dan ketetapan Allah.
malam ini aku tetap berada di rumah sakit sampai mama diperbolehkan untuk pulang. kondisi mama sudah sangat stabil dan memungkinkan untuk istirahat dirumah. lalu adikku?
ia masih tetap berada disana, tetap dirawat diruangan itu.
tetap terbaring dalam box kaca itu.
dan tetap terhubung dengan juntaian-juntaian selang dan alat-alat itu.
mama sempat tak ingin pulang, tapi seluruh tante ku menguatkan bahwa tidak akan terjadi apa-apa jikapun mama pulang tetapi adikku tidak.
akhirnya dengan berat hati malam itu kami pulang kerumah.
meninggalkan rumah sakit dan segala kesibukannya, juga meninggalkan adikku bersama beberapa orang tenteku.

hari ke3. 3 mei 2001.
pagi ini aku tidak sekolah, dan ppagi ini aku akan kembali ke rumah sakit bersama dengan saudara-saudaraku. berkali-kali dalam perjalanan aku mengatakan pada sepupuku bahwa ia harus masuk dan melihat adikku. berkali-kali pula aku mengatakan bahwa adikku adalah adik paling lucu sedunia, ia adalah anak kecil yang paling manis sedunia. semua saudaraku tertawa. berbincang dalam riang.
sesampainya di rumah sakit, kami melewati lobi dan meja resepsionis. kemudian berjalan menelusuri lorong menuju ke ruang anak.
tetapi perasaanku tak enak ketika dua tanteku berjalan menuju kami dengan mata merah berair dan sesuatu dalam gendongannya terbungkus kain gendongan. tertutup rapat. ketika aku mendekat.. aku langsung dipeluk oleh tanteku. ia lalu berkata "adek yang sabar ya,, adeknya udah pulang ke Allah. Allah sayang sama adeknya.. makanya cepet diambil"
tak kuasa kutahan air mata yang langsung meleleh membasahi pipi.tak kuasa pula aku menahan guncangan badan akibat tangis yang meledak seketika. kupeluk sepupuku dan aku menangis dalam pelukan itu.
tangisku tak kuasa kuhentikan sepanjang perjalanan. sampai akhirnya aku sampai di rumah dan aku hentikan tangis itu, karena aku harus menemui mama dan menguatkannya. aku tak boleh terlihat menangis dihadapan mama.
ketika masuk ke kamar, papa sedang berusaha untuk mengatakan kenyataan yang terjadi kepada mama, tapi nampaknya mama sudah tau apa yang sebenarnya terjadi, mama menangis tersedu-sedu, nyaris histeris.
dipeluknya aku kuat-kuat dan segera menanyakan dimana adikku.
tanteku mendekati mama dengan adikku dalam gendongannya. mama menangis kembali seraya memeluk adikku, menciuminya..
hampir semua yang menyaksikan itu menangis. papa dan tanteku berkali-kali menuntun mama agar ikhlas menerimanya.
mama tetap menangis, meskipun berkali-kali mama bilang bahwa mama ikhlas.
mama seolah tak mau melepas pelukannya untuk adikku, tak henti-hentinya mama menciumi adikku, mengusap wajah mungilnya, mengelus setiap detil badannya. bahkan tangan kaki pun diciumi oleh mama.
kejadian itu membuat aku tak bisa menahan air mata. air mata kembali jatuh membasahi pipi dan aku ikut menangis. juga tersedu-sedu.
adikku dibawa untuk dipersiapkan pemandian dan penyolatan jenazahnya.
sedangkan aku menyusul mb dan aa disekolah mereka masing-masing.
tangis kemnali pecah saat aku mengabarkan berita ini kepada mb dan aaku.
sesampainya dirumah, kami bersiap memandikannya, kemudian menyolatkan nya secara berjamaah.
dan terahir..
kami mengantarkannya menuju tempat peristirahatannya yang kekal dan mudah-mudahan jauh dari siksaan.
disanalah, papa akhirnya menyebutkan namanya,. nama yang kemudian diukir di sebuah batu.
Sayyid Ahmad Faqih.
aku tau kami menantinya,
aku tau kami juga bahagia atas hadirnya.
aku pun tau bahwa kami ingin lebih lama bersamanya, setidaknya menjaganya saat terbaring di box kacanya. 
tapi kepulangannya..
mungkin yang terbaik dari-Nya.

rasa rindu ini, akan tersemat rapi dalam balutan doa.
12 tahun yang lalu, kemarin, sekarang, esok, dan hingga ujung waktu.

Ya Allah, sampaikan rasa sayang kami padanya.

nur rokhmani tri siswi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar