Minggu, 28 April 2013

bimbingan dan konseling anak bermasalah


Bentuk-Bentuk Perilaku Bermasalah
Salah satu kesulitan memahami perilaku bermasalah ialah karena perilaku tersebut tampak dalam perilaku menghindar atau mempertahankan diri. Dalam psikologi prilaku ini disebut “mekanisme pertahanan diri” karena dengan perilaku tersebut individu dapat mempertahankan diri atau menghindar dari situasi yang menimbulkan ketegangan (Maulida, 2011). Bentuk umum perilaku dalam mekanisme mempertahankan diri ialah :
1.    Rasionalisasi
Mekanisme perilaku rasionalisme ditunjukkan dalam bentuk memberikan penjelasan atau alasan yang dapat diterima oleh akal, tapi pada dasarnya bukan penyebab nyata karena dengan penjelasan tersebut individu bermaksud menyembunyikan latar belakang perilakunya.
2.    Sikap bermusuhan
Sikap ini tampak pada perilaku agresif, menyerang, mengganggu bersaing, dan mengancam lingkungan.
3.    Menghukum diri sendiri
Perilaku ini tampak dalam wujud mencela diri sendiri dari kesalahan atau kegagalan. Perilaku ini terjadi karena individu cemas bahwa orang lain tidak akan menyukai sekiranya dia mengkritik orang lain. Sikap ini didukung oleh fitrah bahwa setiap orang  memiliki kebutuhan untuk diakui.
4.    Represi
Perilaku represi ditunjukan dalam bentuk menyembunyikan dan menekan penyebab yang sebenarnya diluar batas kesadaran. Individu berusaha untuk melupakan sesuatu perbuatan atau pengalamannya yang telah dilakukannya karena perbuatan atau pengalaman tersebut merupakan pengalaman yang buruk.
5.    Komformitas
Perilaku ini ditunjukan dalam menyelamatkan diri dengan atau terhadap harapan-harapan orang lain. Dengan memenuhi harapan orang lain, maka dirinya akan terhindar dari kecemasan. Orang seperti ini memiliki harapan sosial ketergantungan yang tinggi.
6.    Sinis.
Perilaku sinis ini mucul dari ketidakberdayaan individu untuk berbuat atau berbicara terhadap kelompok. Ketidakberdayaan ini membuat dirinya khawatir dan penilaian orang lain terhadap dirinya. Perilaku sinis merupakan perilaku menghindar dari penilaian orang lain.

Semua prilaku mekanisme pertahanan diri mempunyai karakteristik :
1.    Menolak, memalsukan atau mengacaukan kenyataan.
2.    Dilakukan tanpa menyadari prilaku tersebut. Pola prilaku ini dipelajari dan cenderung kepada `pengurangan kecemasan dan bukan memecahkan masalah yang menjadi dasar penyebab kecemasan itu.

Masalah Perkembangan Pada Anak Usia Sekolah
Anak Usia Sekolah berada pada keadaan dimana aktivitas anak mencapai puncaknya. Berbagai gangguan perkembangan pada anak usia sekolah dapat berupa gangguan tingkah laku, disabilitas belajar, Attention deficit hyperactivity disorders (ADHD), autism, gangguan koordinasi serta gangguan emosional dan depresi (Dewa, 2013).
Gangguan tingkah laku terfokuskan pada perilaku yang melanggar hak-hak dasar orang lain dan norma-norma sosial utama. Tipe perilaku yang dianggap sebagai simptom gangguan tingkah laku mencakup agresi dan kekejian terhadap orang lain atau hewan, merusak kepemilikan, berbohong, dan mencuri. Gangguan tingkah laku merujuk pada berbagai tindakan yang kasar dan sering dilakukan yang jauh melampaui kenakalan dan tipuan praktis yang umum dilakukan anak-anak dan remaja usia sekolah.
Disabilitas belajar merujuk pada kondisi tidak memadainya perkembangan dalam suatu bidang akademik tertentu, bahasa, berbicara, atau keterampilan motorik yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, autisme, gangguan fisik yang dapat terlihat, atau kurangnya kesempatan pendidikan. Anak-anak yang mengalami gangguan ini umumnya memiliki intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun mengalami kesulitan mempelajari beberapa keterampilan tertentu (misal aritmatika atau membaca) sehingga kemajuan mereka di sekolah menjadi terhambat. Disabilitas belajar untuk menggabungkan tiga gangguan yaitu : gangguan perkembangan belajar, gangguan berkomunikasi, dan gangguan keterampilan motorik.
ADHD merupakan satu dari kelainan yang terbanyak pada anak usia sekolah. Diperkirakan beberapa faktor seperti herediter, neurologik, faktor pre dan post natal dan toksin berpengaruh terhadap kejadian ADHD. Anak dengan ADHD sulit untuk berkonsentrasi pada tugas yang dikerjakan dalam waktu tertentu yang wajar sehingga mengalami penurunan dalam hal akademik. Anak dengan ADHD mengalami kesulitan mengendalikan aktifitas dalam berbagai situasi yang menghendaki mereka duduk tenang. Banyak anak ADHD mengalami kesulitan besar untuk bermain dengan anak seusia mereka dan menjalin persahabatan, hal ini mungkin karena mereka cenderung agresif saat bermain sehingga membuat teman-temannya merasa tidak nyaman. Anak ADHD bermain agresif dengan tujuan mencari sensasi sedang anak normal melakukan hal tersebut dangan tujuan untuk bermain sportif.
Gangguan Autistik, Individu autis tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara wajar. Mereka memiliki keterbatasan yang parah dalam bahasa dan keinginan obsesif yang kuat. Mereka mengalami ketertarikan dan menciptakan kelekatan kuat dengan berbagai benda-benda mati dan berbagai benda mekanis.
Gangguan koordinasi adalah suatu keadaan dimana perkembangan koordinasi motorik lebih rendah dibandingkan dengan teman sebaya. Penyebab tidak diketahui tapi diperkirakan tidak berhubungan dengan gangguan intelektual atau adanya lesi otak. Anak sering mengalami kesulitan dalam sekolah dan aktivitas sehari-hari.  Pada usia sekolah terjadi, terjadi beberapa hal mencakup:
1.    Aspek fisik
a.    Sering mudah terjatuh saat berjalan atau berlari
b.    Sukar ikut dalam permainan fisik dengan teman sebaya seperti memanjat, sepakbola
c.    Adanya keluhan dari guru maupun teman sekelas tentang gerakan kaku si anak
d.   Sukar dalam belajar aktivitas fisik lainnya seperti berenang atau permainan bola.
2.    Aspek belajar
a.    Lambat dalam menulis
b.    Sering mengubah posisi duduk selama menulis disebabkan karena kesulitan dalam memegang pensil
c.    Tulisan tangan yang sangat jelek dan kotor
d.   Gagal untuk memotong, melipat dan menempel objek dalam pelajaran ketrampilan tangan
e.    Sering tidak bisa menyelesaikan tugas di sekolah
3.    Aspek perawatan diri
a.    Anak mengalami kesukaran dalam memasang kancing baju, dasi dan tali sepatu. Sering Nampak berpakaian kotor
b.    Mudah menjatuhkan benda atau menumpahkan minuman.
Kecemasan dianggap tidak normal apabila berlebihan dan menghambat fungsi akdemik dan soaial atau menjadi menyusahkan atau persisten. Beberapa gangguan kecemasan yang dapat dialami oleh anak dan remaja antara lain fobia spesifik, fobia sosial, gangguan kecemasan menyeluruh, PTSD, dan gangguan mood, termasuk depresi mayor dan gangguan bipolar.

Teknik Membantu Anak Berprilaku Bermasalah.
Secara umum, ada beberapa teknik dalam bimbingan dan konseling. Teknik umum biasa digunakan pada tahap awal konseling. Teknik umum tersebut diantaranya adalah perilaku attending, empati, refleksi, eksplorasi, dan paraphrasing (Asmani, 2010). Perilaku attending adalah teknik mendekati klien (dalam hal ini anak bermasalah) untuk menimbulkan perilaku positif seperti meningkatkan percaya diri dan mempermudah ekspresi anak. Empati adalah kemampuan petugas bimbingan dan konseling untuk merasakan apa yang dirasa oleh anak. Ini adalah suatu teknik untuk menciptakan sikap terbuka anak terhadap guru atau petugas BK. Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada anak (klien) tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal maupun nonverbal. Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran dan pengalaman anak sebagai klien. Paraphrasing atau menangkap pesan adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien, dan mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana.
Kita sebagai calon guru dapat membantu anak bermasalah dengan beberapa upaya. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan belajar yang sehat (Maulida, 2011). Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru:
1.    Memanfaatkan pembelajaran kelas sebagai wahana untuk bimbingan kelompok sehingga setiap anak dapat aktif dalam kelas dan berinteraksi dengan aktif.
2.    Memanfatkan pendekatan-pendekatan kelompok di dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru dapat menggunakan metode yang bervariasi yang memungkinkan murid mengembangkan keterampilan kelompok seperti : sosiometri, diskusi, dan simulasi.
3.    Mengadakan konfrensi kasus dengan melibatakan guru dan orang tua siswa. Konfrensi kasus ini dimaksudkan untuk menemukan altematif pemecahan bagi kasus.
4.    Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu segi avaluasi. Evaluasi di sekolah seyoganya tidak hanya melaksanakan kepada hasil belajar saja tetapi juga perlu memperhatikan keperibadian murid. Walaupun hasil evaluasi kepribadian itu tidak dijadikan factor penentu keberhasilan siswa.
5.    Memasukkan aspek-aspek insaniah dalam kurikulum, sebagai bagian terpadu dan bahan ajar yang harus disajikan guru.
6.    Menaruh kepedulian khusus terhadap factor-faktor psikologis yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangakan strategi pembelajaran.

Cara mengatasi anak yang bermasalah
Secara sistematis, langkah-langkah yang perlu diambil dalam usaha mengatasi anak bermasalah adalah :
1.    Memanggil dan menerima anak yang bermasalah dengan penuh kasih sayang.
2.    Dengan wawancara yang dialogis diusahakan dapat ditemukan sebab-sebab utama yang menimbulkan masalah.
3.    Memahami keberadaan anak dengan sedalam-dalamnya.
4.    Menunjukkan cara penyelesaian masalah yang tepat untuk di renungkan oleh anak kemudian untuk dikerjakannya.
5.    Menemukan segi-segi kelebihan anak agar kelebihan itu diaktualisir. Disamping itu, guru berusaha untuk megatasi kekurangannya.
6.    Menanamkan nilai-nilai spritual yang benar.

Daftar pustaka
Asmani. (2010). Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.
Dewa. (2013). Masalah pada anak usia sekolah. [Online]. Tersedia : http://dewaeggix.blogspot.com/2013/01/masalah-perkembangan-anak-usia-sekolah.html. [27 April 2013].
 Maulida. (2011). Bimbingan Bagi Anak Bermasalah. [Online]. Tersedia : Sumber : http://maulida-sambas.blogspot.com/2011_06_01_archive.html. [23 April 2013].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar