Bentuk-Bentuk Perilaku Bermasalah
Salah satu kesulitan memahami perilaku bermasalah
ialah karena perilaku tersebut tampak dalam perilaku menghindar atau
mempertahankan diri. Dalam psikologi prilaku ini disebut “mekanisme pertahanan
diri” karena dengan perilaku tersebut individu dapat mempertahankan diri atau
menghindar dari situasi yang menimbulkan ketegangan (Maulida, 2011). Bentuk
umum perilaku dalam mekanisme mempertahankan diri ialah :
1.
Rasionalisasi
Mekanisme
perilaku rasionalisme ditunjukkan dalam bentuk memberikan penjelasan atau
alasan yang dapat diterima oleh akal, tapi pada dasarnya bukan penyebab nyata
karena dengan penjelasan tersebut individu bermaksud menyembunyikan latar
belakang perilakunya.
2.
Sikap
bermusuhan
Sikap ini
tampak pada perilaku agresif, menyerang, mengganggu bersaing, dan mengancam
lingkungan.
3. Menghukum diri sendiri
Perilaku ini
tampak dalam wujud mencela diri sendiri dari kesalahan atau kegagalan. Perilaku
ini terjadi karena individu cemas bahwa orang lain tidak akan menyukai sekiranya
dia mengkritik orang lain. Sikap ini didukung oleh fitrah bahwa setiap orang memiliki kebutuhan untuk diakui.
4. Represi
Perilaku
represi ditunjukan dalam bentuk menyembunyikan dan menekan penyebab yang
sebenarnya diluar batas kesadaran. Individu berusaha untuk melupakan sesuatu perbuatan
atau pengalamannya yang telah dilakukannya karena perbuatan atau pengalaman tersebut
merupakan pengalaman yang buruk.
5. Komformitas
Perilaku ini
ditunjukan dalam menyelamatkan diri dengan atau terhadap harapan-harapan orang
lain. Dengan memenuhi harapan orang lain, maka dirinya akan terhindar dari
kecemasan. Orang seperti ini memiliki harapan sosial ketergantungan yang
tinggi.
6. Sinis.
Perilaku
sinis ini mucul dari ketidakberdayaan individu untuk berbuat atau berbicara
terhadap kelompok. Ketidakberdayaan ini membuat dirinya khawatir dan penilaian
orang lain terhadap dirinya. Perilaku sinis merupakan perilaku menghindar dari
penilaian orang lain.
Semua
prilaku mekanisme pertahanan diri mempunyai karakteristik :
1. Menolak,
memalsukan atau mengacaukan kenyataan.
2. Dilakukan
tanpa menyadari prilaku tersebut. Pola prilaku ini dipelajari dan cenderung
kepada `pengurangan kecemasan dan bukan memecahkan masalah yang menjadi dasar
penyebab kecemasan itu.
Masalah Perkembangan Pada Anak Usia
Sekolah
Anak
Usia Sekolah berada pada keadaan dimana aktivitas anak mencapai puncaknya. Berbagai gangguan perkembangan pada anak usia sekolah
dapat berupa gangguan tingkah laku, disabilitas belajar, Attention deficit
hyperactivity disorders (ADHD), autism, gangguan koordinasi serta gangguan
emosional dan depresi (Dewa, 2013).
Gangguan tingkah laku terfokuskan
pada perilaku yang melanggar hak-hak dasar orang lain dan norma-norma sosial
utama. Tipe perilaku yang dianggap sebagai simptom gangguan tingkah laku
mencakup agresi dan kekejian terhadap orang lain atau hewan, merusak
kepemilikan, berbohong, dan mencuri. Gangguan tingkah laku merujuk pada
berbagai tindakan yang kasar dan sering dilakukan yang jauh melampaui kenakalan
dan tipuan praktis yang umum dilakukan anak-anak dan remaja usia sekolah.
Disabilitas belajar merujuk pada kondisi tidak
memadainya perkembangan dalam suatu bidang akademik tertentu, bahasa,
berbicara, atau keterampilan motorik yang tidak disebabkan oleh retardasi
mental, autisme, gangguan fisik yang dapat terlihat, atau kurangnya kesempatan
pendidikan. Anak-anak yang mengalami gangguan ini umumnya memiliki intelegensi
rata-rata atau di atas rata-rata, namun mengalami kesulitan mempelajari
beberapa keterampilan tertentu (misal aritmatika atau membaca) sehingga
kemajuan mereka di sekolah menjadi terhambat. Disabilitas belajar untuk
menggabungkan tiga gangguan yaitu : gangguan perkembangan belajar, gangguan
berkomunikasi, dan gangguan keterampilan motorik.
ADHD merupakan satu dari kelainan yang
terbanyak pada anak usia sekolah. Diperkirakan beberapa faktor seperti
herediter, neurologik, faktor pre dan post natal dan toksin berpengaruh
terhadap kejadian ADHD. Anak dengan ADHD sulit untuk berkonsentrasi pada tugas
yang dikerjakan dalam waktu tertentu yang wajar sehingga mengalami penurunan
dalam hal akademik. Anak dengan ADHD mengalami kesulitan mengendalikan
aktifitas dalam berbagai situasi yang menghendaki mereka duduk tenang. Banyak
anak ADHD mengalami kesulitan besar untuk bermain dengan anak seusia mereka dan
menjalin persahabatan, hal ini mungkin karena mereka cenderung agresif saat
bermain sehingga membuat teman-temannya merasa tidak nyaman. Anak ADHD bermain
agresif dengan tujuan mencari sensasi sedang anak normal melakukan hal tersebut
dangan tujuan untuk bermain sportif.
Gangguan
Autistik, Individu autis tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara wajar.
Mereka memiliki keterbatasan yang parah dalam bahasa dan keinginan obsesif yang
kuat. Mereka mengalami ketertarikan dan menciptakan kelekatan kuat dengan
berbagai benda-benda mati dan berbagai benda mekanis.
Gangguan
koordinasi adalah suatu keadaan dimana perkembangan koordinasi motorik lebih rendah
dibandingkan dengan teman sebaya. Penyebab tidak diketahui tapi diperkirakan
tidak berhubungan dengan gangguan intelektual atau adanya lesi otak. Anak
sering mengalami kesulitan dalam sekolah dan aktivitas sehari-hari. Pada
usia sekolah terjadi, terjadi beberapa hal mencakup:
1.
Aspek fisik
a.
Sering mudah terjatuh saat berjalan atau berlari
b.
Sukar ikut dalam permainan fisik dengan teman sebaya
seperti memanjat, sepakbola
c.
Adanya keluhan dari guru maupun teman sekelas tentang
gerakan kaku si anak
d.
Sukar dalam belajar aktivitas fisik lainnya seperti
berenang atau permainan bola.
2.
Aspek belajar
a.
Lambat dalam menulis
b.
Sering mengubah posisi duduk selama menulis disebabkan
karena kesulitan dalam memegang pensil
c.
Tulisan tangan yang sangat jelek dan kotor
d.
Gagal untuk memotong, melipat dan menempel objek dalam
pelajaran ketrampilan tangan
e.
Sering tidak bisa menyelesaikan tugas di sekolah
3.
Aspek perawatan diri
a.
Anak mengalami kesukaran dalam memasang kancing baju,
dasi dan tali sepatu. Sering Nampak berpakaian kotor
b.
Mudah menjatuhkan benda atau menumpahkan minuman.
Kecemasan dianggap tidak normal apabila
berlebihan dan menghambat fungsi akdemik dan soaial atau menjadi menyusahkan
atau persisten. Beberapa gangguan kecemasan yang dapat dialami oleh anak dan
remaja antara lain fobia spesifik, fobia sosial, gangguan kecemasan menyeluruh,
PTSD, dan gangguan mood, termasuk depresi mayor dan gangguan bipolar.
Teknik Membantu Anak Berprilaku
Bermasalah.
Secara
umum, ada beberapa teknik dalam bimbingan dan konseling. Teknik umum biasa
digunakan pada tahap awal konseling. Teknik umum tersebut diantaranya adalah
perilaku attending, empati, refleksi, eksplorasi, dan paraphrasing (Asmani,
2010). Perilaku attending adalah teknik mendekati klien (dalam hal ini anak
bermasalah) untuk menimbulkan perilaku positif seperti meningkatkan percaya
diri dan mempermudah ekspresi anak. Empati adalah kemampuan petugas bimbingan
dan konseling untuk merasakan apa yang dirasa oleh anak. Ini adalah suatu
teknik untuk menciptakan sikap terbuka anak terhadap guru atau petugas BK.
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada anak (klien) tentang
perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku
verbal maupun nonverbal. Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan,
pikiran dan pengalaman anak sebagai klien. Paraphrasing atau menangkap pesan
adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien, dan
mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana.
Kita
sebagai calon guru dapat membantu anak bermasalah dengan beberapa upaya. Upaya
tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan belajar yang sehat
(Maulida, 2011). Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru:
1. Memanfaatkan
pembelajaran kelas sebagai wahana untuk bimbingan kelompok sehingga setiap anak
dapat aktif dalam kelas dan berinteraksi dengan aktif.
2.
Memanfatkan pendekatan-pendekatan kelompok di dalam
proses pembelajaran. Dalam hal ini guru dapat menggunakan metode yang
bervariasi yang memungkinkan murid mengembangkan keterampilan kelompok seperti
: sosiometri, diskusi, dan simulasi.
3.
Mengadakan konfrensi kasus dengan melibatakan guru dan
orang tua siswa. Konfrensi kasus ini dimaksudkan untuk menemukan altematif
pemecahan bagi kasus.
4.
Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu
segi avaluasi. Evaluasi di sekolah seyoganya tidak hanya melaksanakan kepada
hasil belajar saja tetapi juga perlu memperhatikan keperibadian murid. Walaupun
hasil evaluasi kepribadian itu tidak dijadikan factor penentu keberhasilan
siswa.
5.
Memasukkan aspek-aspek insaniah dalam kurikulum,
sebagai bagian terpadu dan bahan ajar yang harus disajikan guru.
6.
Menaruh kepedulian khusus terhadap factor-faktor
psikologis yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangakan strategi
pembelajaran.
Cara mengatasi anak yang bermasalah
Secara
sistematis, langkah-langkah yang perlu diambil dalam usaha mengatasi anak
bermasalah adalah :
1. Memanggil
dan menerima anak yang bermasalah dengan penuh kasih sayang.
2. Dengan
wawancara yang dialogis diusahakan dapat ditemukan sebab-sebab utama yang
menimbulkan masalah.
3. Memahami
keberadaan anak dengan sedalam-dalamnya.
4. Menunjukkan
cara penyelesaian masalah yang tepat untuk di renungkan oleh anak kemudian
untuk dikerjakannya.
5. Menemukan
segi-segi kelebihan anak agar kelebihan itu diaktualisir. Disamping itu, guru
berusaha untuk megatasi kekurangannya.
6. Menanamkan
nilai-nilai spritual yang benar.
Daftar
pustaka
Asmani.
(2010). Bimbingan dan Konseling Di
Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.
Dewa.
(2013). Masalah pada anak usia sekolah.
[Online]. Tersedia : http://dewaeggix.blogspot.com/2013/01/masalah-perkembangan-anak-usia-sekolah.html.
[27 April 2013].
Maulida. (2011). Bimbingan Bagi Anak Bermasalah. [Online]. Tersedia : Sumber : http://maulida-sambas.blogspot.com/2011_06_01_archive.html.
[23 April 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar